2016/01/14

Pemberdayaan pelajar sebagai spirit advokasi pelajar Muhammadiyah

      Sekolah yang sejatinya menjadi tempat mendidik para siswa justru kini seringkali menjadi tempat terjadinya kesenjangan sosial antara yang satu dengan yang lain. Pelajar yang memiliki nilai baik dan perilaku baik mendapat perhatian yang berlebihan dari sekolah sedangkan para siswa yang tidak memiliki prestasi akademik menjadi terabaikan oleh pihak sekolah, sekolah hanya mengapresiasi prestasi–prestasi akademik sedangkan yang tidak memiliki prestasi akademik cenderung kurang diapresiasi. Apresiasi dan wadah yang kurang membuat siswa tersebut mengaktualisasi dirinya diranah lain seperti tawuran.Sekolah seringkali tidak tepat dalam menangani pelajar yang terlibat tawuran atau kenakalan remaja lain. Kebijakan seperti skorsing, poin, labelling sampai mencabut hak
peserta didik untuk mendapatkan pendidikan hanya merupakan keputusan singkat yang tidak dipikirkan dampaknya bagi peserta didik kedepannya. Ironisnya, hal ini dilakukan oleh sekolah hanya dengan dalih menjaga nama baik sekolah. Terjadinya tawuran dan kenakalan pelajar memiliki banyak faktor yang melatarbelakangi, baik karena faktor keluarga, sekolah maupun pergaulan teman sebaya.
Sekolah maupun banyak pihak kurang konsen dalam mencari akar permasalahan penyebab kenakalan pelajar terutama tawuran, seringkali hanya melihat permasalahan dalam tataran permukaan. Dari hal – hal tersebut para pelajar yang mengikuti tawuran tidak mendapat ruang publik yang sama di masyarakat sekolah, mereka termarjinalkan dan justru membuat mereka semakin memberontak.(silahkan download artikel selengkapnya) klik untuk donwload

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Melek teknologi, UN berbasis Komputer

Oleh. Fathya Fikri Izzuddin (Ketua Bidang Advokasi PW IPM DIY) Dalam era Globalisasi, teknologi menjadi sebuah indikator pentin...